Hi, Ergoers!
Apakah kalian pernah mendengar istilah cyber-syndrome?
Definisi Cyber-Syndrome
Cyber berasal dari bahasa Yunani, yaitu “cybernetics” yang berarti studi tentang bagaimana mesin bisa meniru manusia dalam hal komunikasi. Seiring dengan perkembangannya, istilah cyber digunakan untuk menjelaskan berbagai hal yang berhubungan dengan komputer, internet, dan berbagai aktivitas yang terjadi dalam dunia maya (cyberspace). Sementara itu, syndrome adalah sekumpulan gejala atau tanda yang muncul secara bersamaan dan membentuk pola tertentu yang menunjukkan adanya kondisi khusus. Istilah ini juga berasal dari bahasa Yunani, yaitu “sundrome” yang berarti berjalan bersama, menggambarkan bahwa gejala-gejala tersebut muncul secara terpaut, bukan berdiri sendiri. Jadi, cyber-syndrome dapat didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang muncul akibat interaksi dengan dunia maya (cyberspace). Gejala ini meliputi gangguan pada aspek fisik, mental, dan sosial yang muncul sebagai dampak dari penyalahgunaan teknologi atau interaksi yang berlebihan dengan dunia maya.
Kenali Gejala Cyber-Syndrome!
Cyber-syndrome menggambarkan munculnya gangguan fisik, mental, dan sosial pada individu akibat penggunaan teknologi yang tidak tepat atau interaksi yang berlebihan dengan dunia maya. Kondisi ini timbul ketika teknologi yang seharusnya mendukung aktivitas manusia justru digunakan secara berlebihan, sehingga menimbulkan dampak negatif. Beberapa komponen untuk mengenali seseorang yang mengalami cyber-syndrome sebagai berikut.
- Interaksi yang Berlebihan dengan Dunia Maya
Hal ini mencakup penggunaan internet atau perangkat digital tanpa batas waktu yang wajar atau tanpa tujuan yang jelas. Awalnya penggunaan teknologi masih bersifat normal, kemudian berubah menjadi kebiasaan yang tidak terkontrol, sehingga melampaui kebutuhan atau tujuan fungsionalnya dan mengganggu keseimbangan hidup.
- Munculnya Perasaan Tidak Nyaman Ketika Akses Teknologi Dibatasi (State of Lack)
State of lake merupakan respon emosional negatif seperti kecemasan, kesedihan, iritabilitas, kemarahan, atau kebosanan ketika akses terhadap dunia maya dibatasi. Kondisi ini menunjukkan adanya ketergantungan psikologis yang terbentuk akibat penggunaan teknologi yang berlebihan.
- Toleransi
Kecenderungan individu untuk meningkatkan durasi maupun intensitas penggunaan teknologi demi memperoleh efek atau kepuasan yang sama seperti sebelumnya. Peningkatan toleransi ini sering diwujudkan melalui penambahan waktu layar, pembelian perangkat atau aplikasi baru, dan pengabaian terhadap lingkungan sekitar. Akibatnya, perhatian terhadap aktivitas dan interaksi di dunia nyata mulai menurun.
- Konsekuensi Eksternal yang Nyata
Ketergantungan yang semakin tinggi terhadap dunia maya dapat menyebabkan hilangnya minat pada aktivitas yang sebelumnya penting atau menyenangkan, terganggunya hubungan sosial dan keluarga, penurunan kinerja dalam pekerjaan atau pendidikan, serta berkurangnya keterlibatan dalam kegiatan sosial. Individu cenderung lebih memilih menghabiskan waktu di dunia maya dibandingkan berinteraksi secara langsung dengan orang-orang di sekitarnya.
Faktor Penyebab Terbentuknya Cyber-Syndrome
Cyber-syndrome terbentuk karena manusia berusaha memenuhi berbagai kebutuhannya dalam hal fisik, sosial, dan berpikir, namun mengalami kegagalan atau hambatan dalam proses tersebut. Ketika kebutuhan hidup tidak terpenuhi di dunia nyata, sebagian orang melarikan diri ke dunia maya untuk mendapatkan kenyamanan, pengakuan, atau rasa aman. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terbentuknya cyber-syndrome.
- Faktor Fisik
Cyber-syndrome dapat muncul ketika seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti kesehatan, keamanan, atau kondisi fisik yang layak. Misalnya, orang yang memiliki disabilitas, kondisi kesehatan buruk, atau pengalaman hidup yang sulit cenderung mencari pelarian di dunia maya karena dunia fisik tidak memberikan kenyamanan atau kesempatan yang mencukupi.
- Faktor Sosial
Cyber-syndrome juga dipicu oleh kegagalan dalam membangun hubungan interpersonal, seperti kurangnya dukungan sosial, kesepian, pengangguran, atau pengalaman negatif seperti perceraian dan penolakan sosial. Ketika kebutuhan akan cinta, rasa memiliki, dan penghargaan tidak terpenuhi, seseorang menjadi lebih mudah mengalihkan perhatiannya ke internet untuk mencari dukungan, hiburan, atau validasi sosial.
- Faktor Berpikir
Cyber-syndrome dapat berkembang ketika seseorang merasa tidak mampu mencapai pengakuan atau aktualisasi diri di dunia nyata. Kondisi seperti rendahnya kepercayaan diri, depresi, kecemasan, atau tekanan mental lainnya membuat dunia maya menjadi tempat yang menawarkan kenyamanan emosional. Akibatnya, individu yang mengalami masalah psikologis lebih rentan untuk menghabiskan waktu berlebihan di dunia virtual.
Bagaimana Tahapan Terbentuknya Cyber- Syndrome?
- Moderate Usage Stage (Tahap Penggunaan Normal)
Penggunaan teknologi masih berada dalam batas wajar dan sesuai batas waktu yang dianjurkan. Aktivitas online belum mengganggu rutinitas, sehingga kesehatan fisik maupun mental tetap stabil. Akan tetapi, pengendalian tetap dibutuhkan agar penggunaan tidak meningkat secara perlahan ke tahap yang lebih berisiko. Tanda-tanda dari tahap penggunaan normal sebagai berikut.
- Penggunaan sesuai batas.
- Aktivitas harian tetap seimbang.
- Tidak ada dorongan kuat untuk selalu online.
- Unsafe Usage Stage (Tahap Penggunaan Tidak Sehat)
Waktu penggunaan yang dihabiskan di dunia maya mulai berlebihan. Meskipun belum menunjukkan tanda kecanduan, pola hidup mulai mengalami perubahan. Seseorang cenderung menghabiskan waktu lebih lama untuk bermain game, menjelajah media sosial, atau browsing, sehingga beberapa aktivitas penting mulai terabaikan. Tanda-tanda dari tahap penggunaan tidak sehat sebagai berikut.
- Menghabiskan waktu berjam-jam di internet.
- Mulai jarang berolahraga dan aktivitas fisik.
- Mengurangi interaksi sosial dengan teman atau keluarga.
- Minat terhadap hobi perlahan menurun.
- Cyber Addiction (Tahap Kecanduan)
Ketergantungan terhadap dunia digital semakin kuat. Individu merasa tidak nyaman, gelisah, atau kesal ketika tidak dapat mengakses perangkat. Aktivitas online menjadi prioritas utama, bahkan menyita hampir seluruh waktu luang. Selain itu, mulai muncul dampak emosional dan perilaku yang mengindikasikan kecanduan. Tanda-tanda dari tahap kecanduan sebagai berikut.
- Merasa sangat senang atau “escape” ketika online.
- Kesal atau cemas saat tidak bisa menggunakan perangkat.
- Waktu luang habis untuk aktivitas digital.
- Pola tidur terganggu.
- Timbul rasa bersalah setelah menggunakan gadget terlalu lama.
- Cyber-Syndrome (Tahap Gangguan Siber)
Tahap ini terjadi ketika kecanduan digital sudah menimbulkan dampak langsung pada kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Akibatnya, kualitas hidup seseorang menurun dan sering kali membutuhkan pendampingan profesional atau rehabilitasi jangka panjang untuk pulih. Tanda-tanda dari tahap gangguan siber sebagai berikut.
- Tidak lagi melakukan olahraga atau aktivitas fisik.
- Kehilangan minat terhadap hobi yang dulu disukai.
- Muncul gangguan fisik seperti nyeri leher atau punggung, mata merah dan kering, carpal tunnel, atau perubahan berat badan.
- Menarik diri dari interaksi sosial.
- Mengalami tekanan mental seperti stres, kecemasan, atau depresi.
Contoh Gangguan Cyber-Syndrome
Menurut Feifei, S., et al (2024), cyber-syndrome adalah penyakit kompleks yang dipengaruhi oleh dunia maya, tetapi tidak dapat dipisahkan dari ruang fisik, sosial, dan pemikiran. Dalam artian, cyber-syndrome memberikan makna yang lebih formal dan luas terhadap penyakit di dunia maya. Berikut merupakan contoh penyakit di dunia maya.
- Gangguan Kecanduan Internet
Gangguan ini menekankan ketergantungan psikologis terhadap internet atau perangkat elektronik, yang berasal dari penggunaan internet yang bermasalah atau kompulsif. Meskipun dapat menimbulkan komplikasi fisik dan sosial, gejala paling mencolok adalah kecanduan psikologis terhadap internet.
- Gangguan Cyber
Gangguan cyber mengacu pada dampak dunia maya terhadap kesehatan mental, termasuk gangguan sosial, psikologis, dan pekerjaan. Thanasekaran dan Chala mengidentifikasi lima jenis gangguan cyber, yaitu cyberbullying, cyber sexual addiction, cyber relationship addiction, computer addiction, dan internet addiction.
- Mabuk Dunia Maya (Cybersickness)
Cybersickness adalah jenis mabuk gerak yang terjadi akibat paparan dunia maya, terutama lingkungan virtual. Gejalanya meliputi mual, sakit kepala, pusing, dan berkeringat. Solusi paling umum adalah menghentikan paparan dunia maya dan beristirahat.
- Cyberchondria
Cyberchondria adalah peningkatan kekhawatiran kesehatan yang tidak berdasar saat mencari informasi daring. Berbeda dari gangguan lain, syndrome ini muncul akibat kelebihan informasi, terutama yang berkaitan dengan kesehatan, dan dapat menimbulkan kecemasan berat.
Upaya Pengendalian Cyber-Syndrome
Pendekatan pengendalian harus mencakup keempat ruang kehidupan manusia untuk mengatasi cyber-syndrome secara menyeluruh yaitu secara fisik, sosial, pemikiran, dan dunia maya.
- Di Ruang Fisik
a. Menjaga pola tidur dan istirahat yang cukup.
b. Mengonsumsi makanan bergizi.
c. Menghindari makanan cepat saji.
d. Berjemur di bawah sinar matahari.
e. Rutin berolahraga untuk mempercepat metabolisme.
f. Menjaga kebersihan dan pencahayaan lingkungan.
g. Membaca buku yang bermanfaat.
h. Minum obat sesuai resep dokter. - Di Ruang Sosial
a. Penting bagi individu untuk aktif dalam kegiatan sosial.
b. Membangun hubungan yang sehat dan harmonis dengan lingkungan sekitar.
c. Menghindari hubungan pribadi yang membingungkan atau merugikan. - Di Ruang Pemikiran
a. Menyerap gagasan dan sudut pandang yang maju.
b. Membuang konsep yang usang.
c. Menjaga suasana hati tetap positif.
d. Mengejar ketenangan batin dan tidak ragu untuk meminta bantuan dari orang lain. - Di Dunia Nyata
a. Menetapkan batas waktu penggunaan internet.
b. Menghindari fragmentasi waktu belajar.
c. Menyaring informasi secara efektif.
d. Memanfaatkan keunggulan teknologi digital.
e. Menghindari konten atau godaan yang merugikan.
